Pages

Home » » KEYAKINAN TERHADAP KITAB SUCI TRIPITAKA

KEYAKINAN TERHADAP KITAB SUCI TRIPITAKA

A. PENGERTIAN TRIPITAKA DAN SEJARAH PERKEMBANGANYA Sebagian besar ajaran agama Buddha ditulis dalam tripitaka (tiga keranjang) dari tradisi agama buddha terafada. Kitab-kitab ditulis dalam bahasa pali, menceritakan tradisi-tradisi lisan yang terjadi pada abad ke-2 SM. Tripitaka sudah ditulis pada tahun 29 SM, dibawah kekuasaan Raja Vattagamani dari Sri Lanka. Tiga keranjangadalah tiga bagian dari kitab yang berbahasa pali, sutta yang berbahasa sangsekerta, sutra, sutra pitaka, vinaya vitaka. Sutta pitaka secara umum terdiri dari ceramah buddha tentang ajarannya dan terdiri dari pantun singkat mengenai kehidupan buddha sebelumnya. Vinaya pitaka berkaitan dengan aturan-aturan disiplin dan mencakup sejarah-sejarah tentang perinsip-perinsip moral umat buddha. Abbidbamma pitaka mengandung sebuah sistem analisis mengenai pemikiran buddha ((Micheal D. Coogan 2005: 137) . a) Vianaya pitaka Vinaya pitaka terutama berkaitan dengan aturan tata tertib bhikkhu dan bhikkhuni. Disini digambarkan secara rinci perkembangan bertahap suasana. Juga memberikan catatan kehidupan dan petapaan sang Buddha. Secara tidak langsung Vinaya Pitaka mengungkapkan beberapa informasi bermanfaat mengenai sejarah masa lampau, adat india, seni, ilmu pengetahuan. Dan lain-lain. Pitaka ini terdiri dari lima buku berikut ini: 1. Parajika pali (pelanggaran berat) 2. Pacittiya pali (pelanggaran ringan) 3. Mahavaggaq pali (kelompok besar) 4. Culavagga pali (kelompok kecil) 5. Parivara pali (ikhtisar Vinaya) Skema umum mengenai isi vinaya pitaka adalah: 1. Bagian yang berhubungan dengan pratimoksa yaiti peraturan-peraturan untuk para bhiksu/ bhikku dinamakan bagian bhiksu (bhiksu- vibhanga). 2. Bagian yang sama untuk para bhiksuni/bhikkuni. 3. Suatu bagian dinamakan ‘kelompok’ (khandhaka), tiap-tiap kelompok berhubungan dengan suatu aspek khusus mengenai kehidupan dari Sangha, seperti pentahbisan, upasattha, memenuhi ketentuan-ketentuan berhubungan dengan pakaian, jubah, obat-obatan, makanan, tempat tinggal, perabotan, dan seterusnya. b) Sutta pitaka Suatta pitaka terdiri dari ceramah-ceramah utama yang diberikan oleh sang Buddha sendiri dalam berbagai peristiwa. Ada juga beberapa ceramah yang disampaikan oleh murid-murid-nya yang terkemuka, seperti yang ariya sariputta, ananda, moggallana, termasuk beberapa bhikkuni terkemuka seperti khema, uttara, visakha, dan lain-lain. Kitab ini seperti buku resep, karena wacana di dalamnya menjelaskan secara terperinci dan menyesuaikan dengan berbagai kejadian dan perangai berbagai orang yang berbeda-beda. Kitab ini dibagi menjadi lima nikaya atu kumpulan, yaitu: 1. Digha nikaya (kumpulan ceramah panjang) 2. majjhima nikaya (kumpulan ceramah sedang) 3. samyutta nikaya (kumpulan ujaran setara) 4. anguttara nikaya (kumpulan ujaran berurutan) 5. khuddaka nikaya (kumpulan kecil) c) Abhidhamma pitaka Abhidamma pitaka adalah sususan ceramah dan perkembangan logika tentang Dharma dari ajaran Hyang Buddha, membahas filsafat dan metafisika, juga sastra, memberikan defenisi kata-kata buddha Dharma, dan penjelasan terperinci mengenai filsafat dengan sistemmatis, memantapkan suatu metode mengenai latihan spiritual, oleh para sesepuh dari aliran atau sekte pada waktu itu, kumpulan dari kitab Abhidaharma dinamakan Abhidharma pitaka . Abhidhamma, bagi para pemikir mendalam, adalah kumpulan kitab yang paling penting dan menarik, karena mengandung filosofi dan psikologi mendalam dari ajaran Buddha, lain dari wacana sederhana dan gelombang dalam sutta pitaka. Dalam sutta pitaka ditemukan vohara desana (ajaran konvensional), sedangkan dalam abhidhamma ditemukan peramattha desana (ajaran mutlak). Dalam abhidhamma. Keempat hal itu adalah citta (kesadaran), cetasika (faktor mental), rupa (bentuk), dan nibbana. Citta, cetasika, dan rupa merupakan kenyataan terkondisi, meraka timbul karena kondisi dan hilang jika kondisi yang mendukungnya tidak berlanjut, mereka merupakan keadaan yang tidak kekal. Nibbana, sebaliknya. Merupakan kenyataan tak terkondisi. Nibbana tidak timbul dan, karenanya, tidak lenyap. Keempat kenyaraan mutlak ini dapat dialami tak peduli nama apa pun yang kita sematkan untuk mereka. Citta, cetasika, dan nibbana juga disebut nama. Nibbana adalah nama tak terkondisi. Kedua nama terkondisi, yaitu citta dan cetasika, bersama dengan rupa (bentuk), membentuk makhluk psikofisik, termasuk manusia. Baik pikiran maupun bentuk-atau nama- rupa – dianalisis dalam abhidhamma bagaikan di bawah mikroskop.kejadian yang berhubungan dengan kelahiran dan kematian dijelaskan secara rinci. Abhidhamma pitaka tersusun dari risalat berikut ini: 1) Dhammasangani (penguraian dhamma) 2) Vibhanga (buku telaah) 3) Dhatukatha (pembahasan unsur) 4) Penggalapannatti (penjabaran individu) 5) Kathavatthu (titik kontroversi) 6) Yamaka (buku pasangan) 7) Patthana (buku kaitan musabab) Abhidhamma pitaka memuat fisikologi dan filosofi moral secara mendalam dari ajaran Buddha, kebalikan dari ceramah moral sederhana yang ada dalam sutta pitaka. Pengetahuannya yang diperoleh dari sutta tentu dapat membantu kita mengatasi kesulitan serta mengembangkan tingkah laku moral dan melatih pikiran kita. Dengan meiliki pengetahuan semacam itu akan memungkinkan kita untuk menjalani hidup yang damai, terhormat, aman dan mulia. Menurut klasifikasi yang disebutkan oleh sang Buddha sendiri, seluruh ajaran ada Sembilan bagian, yang disebut:1. Sutta, 2. Geyya, 3. Ghata, 4. Udana, 5. Ittivutaka, 6. Jkata, 7. Abbhutadhamma, 9. Vedalla.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BUDHISME - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger